Semua orang pasti pernah mengalami cegukan (orang Manado menyebutnya dengan sebutan "badodu"). Termasuk Anda dan saya. Tapi, apakah Anda tahu apa dan mengapa kita bisa cegukan? Lalu apa obatnya?
Postingan ini saya bikin karena masalah cegukan yang putri saya alami sebelum posting ini di unggah. Saat itu putri saya (9 tahun) merengek minta dicari obat di warung atau di apotek karena cegukannya sudah lebih satu jam tidak hilang. Karena saya tidak tahu apa obatnya, saya bilang tidak ada obat cegukan yang dijual di warung atau apotek. Karena dia sudah sampai menangis, saya kasihan juga. Terpaksa saya mencoba mengingat-ingat latar belakang cegukan dan cara mengatasinya. Namun karena sudah puluha tahun tidak mengalami cegukan dan sudah lupa teorinya, yah, jalan terakhir adalah buka kamus dan ensiklopedi, lalu tanya sama Oom Google. Akhirnya ketemu juga.
Secara medis, cegukan sebenarnya terjadi akibat kontraksi dadakan sekat rongga tubuh atau biasa disebut diagfragma yakni otot pernapasan utama yang terletak antara dada dan perut. Hal ini melibatkan gerak refleks pada saraf frenikus dan saraf vagus yang ada di daerah diafragma Kontraksi ini menimbulkan tarikan napas yang diakhiri secara refleks oleh tertutupnya lubang di antara kedua pita suara. Tarikan napas akibat tertutupnya lubang tersebut menimbulkan suara "hik" waktu cegukan yang bisa terjadi sekali atau berkali-kali secara tak terkendali.Malah ada penderita yang harus mengalaminya selama puluhan tahun seperti pada kasus Charles Osborn. The guinness Book of World Records mencatat, cegukan terlama diderita oleh Charles Osborn yakni antara tahun 1922-1990. Ia sendiri hidup tahun 1894 sampai 1991. Cegukannya dimulai pada tahun 1922 dengan frekuensi 40 kali/menit lalu melambat menjadi 20 kali/menit hingga akhirnya berhenti pada bulan Februari 1990. Dengan demikianm masa penderitaan cegukan Osborn berlangsung selama 68 tahun.
Penyebab cegukan yang bersifat sementara biasanya adalah peregangan saluran cerna, minuman berkarbonasi, banyak menelan udara, alkohol, merokok, stress, juga tertawa yang berlebihan. Iritasi pada saraf vagus dan frenikus merupakan penyebab paling sering. Benda asing yang ada di daerah telinga pun ternyata juga dapat menjadi pencetus, karena ada salah satu cabang saraf vagus di daerah tersebut. Kelainan pada tenggorokan seperti peradangan dan tumor di daerah leher juga dapat menstimulasi serabut saraf yang ada di daerah tersebut, yang juga merupakan cabang saraf vagus.
Berbagai kelainan diafragma juga bisa mendasari timbulnya cegukan, seperti misalnya hernia hiatus, reflux gastroesofagus, abses subfenikus, serta manipulasi diafragma selama pembedahan. Penyebab lainnya lagi yang juga mungkin adalah penyakit sistim saraf pusat yang mengganggu refleks cegukan, bisa berupa infeksi, tumor maupun kelainan pembuluh darah. Kondisi uremia (meningkatnya kadar ureum dalam darah) yang dialami pasien gagal ginjal juga dapat jadi penyebab. Selain itu faktor psikogenik agaknya menjadi salah satu penyebabnya juga.
Menghentikan cegukan
Sesuai teori maupun pengalaman. ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghentikan cegukan. Secara teoritis, prinsipnya adalah dengan menginterupsi lengkung refleks cegukan. Dan berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan :
Postingan ini saya bikin karena masalah cegukan yang putri saya alami sebelum posting ini di unggah. Saat itu putri saya (9 tahun) merengek minta dicari obat di warung atau di apotek karena cegukannya sudah lebih satu jam tidak hilang. Karena saya tidak tahu apa obatnya, saya bilang tidak ada obat cegukan yang dijual di warung atau apotek. Karena dia sudah sampai menangis, saya kasihan juga. Terpaksa saya mencoba mengingat-ingat latar belakang cegukan dan cara mengatasinya. Namun karena sudah puluha tahun tidak mengalami cegukan dan sudah lupa teorinya, yah, jalan terakhir adalah buka kamus dan ensiklopedi, lalu tanya sama Oom Google. Akhirnya ketemu juga.
Secara medis, cegukan sebenarnya terjadi akibat kontraksi dadakan sekat rongga tubuh atau biasa disebut diagfragma yakni otot pernapasan utama yang terletak antara dada dan perut. Hal ini melibatkan gerak refleks pada saraf frenikus dan saraf vagus yang ada di daerah diafragma Kontraksi ini menimbulkan tarikan napas yang diakhiri secara refleks oleh tertutupnya lubang di antara kedua pita suara. Tarikan napas akibat tertutupnya lubang tersebut menimbulkan suara "hik" waktu cegukan yang bisa terjadi sekali atau berkali-kali secara tak terkendali.Malah ada penderita yang harus mengalaminya selama puluhan tahun seperti pada kasus Charles Osborn. The guinness Book of World Records mencatat, cegukan terlama diderita oleh Charles Osborn yakni antara tahun 1922-1990. Ia sendiri hidup tahun 1894 sampai 1991. Cegukannya dimulai pada tahun 1922 dengan frekuensi 40 kali/menit lalu melambat menjadi 20 kali/menit hingga akhirnya berhenti pada bulan Februari 1990. Dengan demikianm masa penderitaan cegukan Osborn berlangsung selama 68 tahun.
Penyebab cegukan yang bersifat sementara biasanya adalah peregangan saluran cerna, minuman berkarbonasi, banyak menelan udara, alkohol, merokok, stress, juga tertawa yang berlebihan. Iritasi pada saraf vagus dan frenikus merupakan penyebab paling sering. Benda asing yang ada di daerah telinga pun ternyata juga dapat menjadi pencetus, karena ada salah satu cabang saraf vagus di daerah tersebut. Kelainan pada tenggorokan seperti peradangan dan tumor di daerah leher juga dapat menstimulasi serabut saraf yang ada di daerah tersebut, yang juga merupakan cabang saraf vagus.
Berbagai kelainan diafragma juga bisa mendasari timbulnya cegukan, seperti misalnya hernia hiatus, reflux gastroesofagus, abses subfenikus, serta manipulasi diafragma selama pembedahan. Penyebab lainnya lagi yang juga mungkin adalah penyakit sistim saraf pusat yang mengganggu refleks cegukan, bisa berupa infeksi, tumor maupun kelainan pembuluh darah. Kondisi uremia (meningkatnya kadar ureum dalam darah) yang dialami pasien gagal ginjal juga dapat jadi penyebab. Selain itu faktor psikogenik agaknya menjadi salah satu penyebabnya juga.
Menghentikan cegukan
Sesuai teori maupun pengalaman. ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghentikan cegukan. Secara teoritis, prinsipnya adalah dengan menginterupsi lengkung refleks cegukan. Dan berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan :
- Kadar karbon dioksida yang tinggi dalam darah dapat melumpuhkan cegukan. Tingkatkan kadar karbondioksida dalam darah. Caranya, bernapas dalam sebuah kantong kertas di mana mulut dan hidung masuk ke dalam kantong. Hembuskan dan hirup sebanyak 10 kali dengan cukup kuat. Lakukan dengan cepat, dan usahakan kantong kertas tertutup rapat sehingga tidak ada udara yang masuk ke dalamnya. Hal ini menyebabkan udara dalam kantong kertas menjadi banyak kandungan karbondioksidanya.
- Tingkatkan kadar karbondioksida dengan menahan napas selama mungkin, lalu menelan ketika cegukan terasa akan mulai. Lakukan sebanyak 2-3 kali kemudian tarik napas dalam-dalam lalu ulangi lagi. Tahan napas selama mungkin kemudian keluarkan dan tahan selama mungkin lagi.
- Tahan napas dengan kepala tengadah.
- Telan satu sendok teh gula pasir kering. Hal ini dapat menghentikan cegukan dalam beberapa menit karena gula (diduga) dalam mulut akan mengirimkan sinyal melalui serabut saraf yang akan mengganggu lengkung refleks cegukan. Gula dipercaya dapat merangsang saraf-saraf otot kita, terutama ketika otot diafragma mulai berkontraksi secara tidak teratur.
- Minum air dalam posisi membungkuk.
- Lakukan pijatan ringan dengan jari telunjuk pada kedua sisi leher, tarik napas dalam-dalam lalu minum 10 tegukan air saat tidak bernapas
- Membungkuk sampai jari tangan dapat menyentuh ibu jari kaki selama 60 menit
- Pijat bagian belakang langit-langit dengan cotton bud, yang digerakkan secara perlahan ke depan dan ke belakang selama lebih kurang satu menit.
- Tidur berbaring dengan kedua lutut ditekuk ke arah perut. Lakukan beberapa saat hingga cegukan hilang.
- Bila cegukan tidak kunjung hilang dalam beberapa jam atau bahkan hari, maka pertolongan medis perlu dilakukan dengan cara menggunakan obat-obatanseperti misalnya chlorpromazin, metoclopramid, baclofen, antikonvulsan (fenitoin, asam valproat, carbamazepin) atau juga quinidine, amitriptilin dan marijuana. Tentunya penggunaan obat-obatan ini harus dengan petunjuk dokter, sebab obat-obatan tersebut juga memiliki efek samping yang perlu diwaspadai.
- Bila setelah penanganan medis ternyata cegukan masih ada, dapat dicoba terapi hipnotis dan akupuntur. Konon, anestesi dengan ventilasi tekanan positif dan pelumpuh otot dilaporkan dapat juga menghentikan cegukan. Pada beberapa kasus, tindakan pembedahan untuk menghancurkan atau memblok nervus frenikus pernah dilakukan karena semua tidakan di atas sudah dilakukan namun tidak hilang juga.