Berbahaya, Bekerja di Lingkungan Bersuhu Panas!
Resensi oleh:sem505
Berbahaya, Bekerja di Lingkungan Bersuhu Panas! Originally published in Shvoong: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2270431-berbahaya-bekerja-di-lingkungan-bersuhu/
Resensi oleh:sem505
Pekerja berinteraksi dengan lingkungan kerja dan kondisi tubuhnya serta gerakan yang kesemuanya dapat menimbulkan efek negatif bagi kesehatan. Setiap tempat kerja mempunyai resiko gangguan penyakit dan kecelakaan. Setiap perbuatan (unsafe action) atau kondisi tidak selamat (unsafe condition) dapat mengakibatkan terjadinya penyakit dan kecelakaan di tempat kerja.
Salah satu faktor untuk meningkatkan produktifitas kerja adalah lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang nyaman dapat meningkatkan produktivitas kerja. Secara eksplisit produktivitas dipengaruhi oleh kenyamanan lingkungan kerja atau suhu di lingkungan kerja. Suhu lingkungan kerja yang terlalu rendah atau kondisi dingin berlebih-lebihan berpengaruh pada rasa malas untuk beristirahat yang berakibat pada berkurangnya kewaspadaan dan
konsentrasi, hal ini terutama berhubungan dengan pekerjaan yang menuntut kesiapan mental.
Ketidaknyamanan dapat menjadi gangguan bahkan menimbulkan efek psikologis atau pun nyeri fisiologis. Tubuh manusia mengandung kadar air yang cukup tinggi. Komponen air di dalam tubuh dikenal sebagai cairan tubuh dan mengandung elektrolit mineral seperti sodium, potassium, kalsium dan klorida. Keseimbangan total air didalam tubuh dan elektrolit akan terjadi jika adanya keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran.
Pengeluaran air dari dalam tubuh melalui urin, tinja, pernafasan (penguapan
air dalam udara ekspirasi) dan keringat. Keluarnya air melalui udara
ekspirasi dan keringat dikenal sebagai kehilangan cairan yang tidak
disadari. Jika suhu terlalu tinggi, selain
mengganggu kenyamanan juga mempengaruhi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh. Berkurangnya cairan dan garam dalam tubuh akibat keringat ketika
melakukan aktifitas fisik dapat secara
tiba-tiba memberikan efek rasa nyeri dan kram pada tangan, betis dan
kaki, selanjutnya otot menjadi keras dan tegang.
Jika pengeluaran keringat tidak diiringi dengan masukan air minum yang
cukup akan mempengaruhi tekanan darah, terjadi penurunan tekanan darah
dan nadi menjadi lebih cepat. Bahaya lain akibat pengeluaran cairan yang
berlebihan akan mempengaruhi produksi urin sehingga meningkatkan
kepekatan urin (hipersaturasi/supersaturasi). Keadaan ini dapat mendorong terbentuknya kristal
dan batu asam urat di saluran kemih.
Efek lain yang lebih berat akibat paparan panas di lingkungan kerja
adalah heat stroke, berupa gangguan yang terjadi dimana pekerja
mengerahkan tenaganya secara berlebihan, mengakibatkan meningkatnya suhu
tubuh yang tidak dapat dikendalikan oleh pusat pengatur panas
(thermoregulator). Keadaan akan menjadi fatal karena tubuh tidak mampu
mengeluarkan keringat, selanjutnya suhu tubuh meningkat, kulit menjadi
kering, panas dan merah. Penderita mengalami disorientasi, penurunan
kesadaran, kejang, koma dan berakhir pada kematian.
Mereka yang bekerja di dalam ruangan (indoor) dengan suhu ruangan
yang panas seperti : dapur restoran, instalasi gizi di rumah sakit,
pekerja laundry, peleburan baja, gelas dan sebagainya juga bisa mengalami hal yang sama.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Borghi pada pekerja pabrik gelas
yang terpapar panas dengan suhu 29-31O WBGT (Wet Bulbe Globe Temperatur)
di lingkungan kerja selama lebih dari 5 tahun menemukan batu asam urat
di saluran kemih pada sekitar 38,8 persen pekerja yang mengeluh pegal
atau nyeri di daerah pinggang dan atau rasa panas atau rasa sakit saat
buang air kecil. Batu asam urat akan menimbulkan beberapa masalah dan
salah satu faktor penyebab gangguan fungsi ginjal dimana fungsi ginjal
mengalami penurunan dan jika keadaan ini berlangsung lama dapat
mengakibatkan gagal ginjal dan ginjal tidak dapat berfungsi lagi.
Penelitian lainnya khusus di bagian
binatu dan dapur restoran hotel yang memang selalu terpapar panas. Data
klinik perusahaan tersebut pada tahun 1994 mencatat 20 persen pekerja
mengeluh sama seperti penelitian Borghi. Data ini juga mencatat 28,8
persen pekerja yang bekerja di lingkungan panas urinnya mengandung
kristal asam urat.
Secara rinci jenis pekerjaan berhubungan secara signifikan dengan
terjadinya kristal asam urat urin. Artinya jenis pekerjaan mempengaruhi
resiko terjadinya kristal asam urat urin, jenis pekerjaan memasak dan
loundry sangat erat hubungannya dengan alat/mesin yang menghasilkan
panas, akibatnya secara tidak langsung akan mempengaruhi keseimbangan
cairan tubuh dan sistem pemekatan urin. Pekerja di laundry mempunyai
resiko 431 kali lebih besar dibandingkan dengan pekerja stewall staf.
Demikian juga cook jika dibandingkan dengan jenis pekerjaan staf
mempunyai resiko 1,9 kali lebih besar untuk mempunyai kristal asam urat
dalam urin, pekerjaan yang berhubungan dengan sumber panas mempunyai
resiko pembentukan kristal asam urat urin yang lebih besar.
Info selengkapnya ada di link yang relevan di bawah ini.
Berbahaya, Bekerja di Lingkungan Bersuhu Panas! Originally published in Shvoong: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2270431-berbahaya-bekerja-di-lingkungan-bersuhu/